Advertorial

Angkasa Jaya Kritisi Infrastruktur Pinggir Kota yang Terlewatkan

KABARBORNEO.ID – Pembangunan Kota Samarinda, khususnya di pusat kota menimbulkan permasalahan pada efisiensi transportasi dan menimbulkan kegelisahan di kalangan warga.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Komisi III DPRD Kota Samarinda Angkasa Jaya Djoerani. Ia menekankan agar Wali Kota Samarinda mempertimbangkan kebutuhan masyarakat dalam kondisi apa pun dan mampu mengatasi permasalahan bangunan di pusat kota yang kerap menimbulkan kekhawatiran.

“Walikota harus berpikir dan melihat dimana titik kebutuhan masyarakat, jika hanya pada pinggiran kota maka pinggiran kota saja yang bangun.Tapi ketika orang melihat kebutuhan masyarakat Samarinda saat ini di tengah kota, maka tengah kota yang di bangun,” tegas Angkasa, Senin (2/6/2024).

Angkasa mempertanyakan apakah pembangunan Terowongan dan Teras Samarinda merupakan kebutuhan atau hanya kepentingan pemangku jabatan, ia menilai masih ada potensi solusi alternatif lain dalam sebuah pembangunan.

“Itu harus di pertanggung jawabkan, jika keinginan. Karena yang penting itu kebutuhan masyarakat yang diperlukan untuk mengurangi kemacetan. Apakah ada alternatif lain selain terowongan? Ya ada, artinya masih bisa itu dengan budget yang lebih kecil,” jelasnya.

“Apalagi di tengah kota yang ada, seperti Teras Samarinda apakah itu juga kebutuhan masyarakat, karena berbeda antara kebutuhan dan juga keinginan. Jadi kalo semua terpusat nya di kota, maka pinggiran itu akan terabaikan,” tambahnya.

BACA JUGA :  Respon DPRD Kaltim Terhadap Surat KPK Terkait Perencanaan APBD Perubahan 2023 dan APBD 2024

Angkasa menilai perlunya pembangunan di wilayah pinggiran kota, sebagaimana para kepala daerah menyadari kebutuhan warga di pinggiran kota, sambil menunggu kepastian pembangunan yang sedang berlangsung saat ini.

“Kalau mau sukses pakai teori bubur panas, bubur panas itu jangan kau makan di tengahnya makan tuh dari pinggiran, maka semua itu akan kau makan dengan enak. Tapi kalau kau makan di tengahnya itu akan panas,” ucapnya.

“Ya contohnya Terowongan, Teras Samarinda, dan GOR itu seperti makan bubur panas dari tengah. Jadi kita lihat selesai gak terkait pembangunan itu di masa akhir jabatannya,” lanjutnya.

Angkasa meyakini pembangunan akan berakhir di pusat kota hanya menampakkan konflik sosial, karena yang terlihat fokus pemerintah hanya membangun identitas dibandingkan memenuhi kebutuhan masyarakat dan kepentingan kota.

“Itu adalah sebuah investasi politik di masa yang akan datang nantinya,” tutupnya. (Adv/DPRDSamarinda)

Related Articles

Back to top button