Ekonomi

Harga Batu Bara Anjlok, Kerugian Besar Hantui Pengusaha

KABARBORNEO.ID – Harga batu bara dalam sepekan terakhir kian terpuruk. Hal ini membuat para pengusaha emas hitam dihantui kerugian berkepanjangan.

Dilansir dari media CNBC, pasar ICE Newcastle, harga batu bara pada kontrak Maret melemah 1,77% ke posisi US$ 183 per ton.

Harga tersebut adalah yang terendah sejak 12 Januari 2022 atau 13 bulan terakhir.

Secara keseluruhan, harga batu bara anjlok 11,17% pada pekan lalu. Artinya, harga batu bara sudah ambles dalam tujuh pekan terakhir. Rekor buruk tersebut adalah yang pertama kali sejak Mei-Juni 2019.

Hancurnya harga batu bara saat ini diprediksi membuat para pengusaha gigit jari. Pasalnya, biaya produksi tidak sebanding dengan harga jual komoditi.

Pengamat ekonomi dari Universitas Mulawarman, Samarinda, Chairul Anwar melihat anjloknya harga batu bara saat tidak berpengaruh besar kepada perusahaan tambang PKP2B.

Namun, para pengusaha tambang kecil dipastikan menjerit karena harga jual batu bara yang semakin merosot.

“Kalau yang izin resmi ya biasa aja. Karena ini bukan pertama kali harga batu bara merosot. Tapi yang perusahaan kecil pasti terancam gulung tikar,” kata Cody sapaannya saat dihubungi awak media, Senin (20/2/2023).

BACA JUGA :  Belum Pakai CVT, Apa yang Ditakuti Daihatsu Indonesia?

Cody mengatakan, faktor-faktor penentu harga batu bara patut menjadi catatan. Faktor alam hingga gejolak politik dunia tidak tentunya mempengaruhi supply dan demand atau penawaran dan permintaan akan batu bara itu sendiri.

“Jadi permintaan baru bara dari Eropa dan China ini sangat besar. Tapi saat beralih ke gas pasti pengaruh terhadap jumlah permintaan batu bara pasti harga juga merosot,” ujarnya.

Cody menambahkan, saat ini para pelaku bisnis baru bara di Indonesia dan Kaltim pada khususnya hanya bisa menunggu permintaan baru bara dunia kembali meroket.

“Jadi cuma bisa menunggu, seperti saat ini China sebagai pembeli batu bara yang cukup besar kapan kembali membuka perdagangan batu bara ke negaranya,” sebutnya.

Mengenai dampak ekonomi, Cody menegaskan, merosotnya harga batu bara dipastikan akan berpengaruh kepada pendapatan daerah disuatu wilayah potensial, seperti di Kaltim.

“Dampak pasti terasa di pemasukan APBD dan perekonomian perkotaan, karena sebagian besar uangnya lari untuk jasa perdagangan di perkotaan,” pungkasnya. (tim redaksi)

Related Articles

Back to top button